-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Menilik Potensi Media Online Indonesia

60menit.com
Rabu, 27 Maret 2013

man with laptop






Penduduk Indonesia termasuk pengguna Internet yang cukup intens tetapi sayangnya mereka belum terbiasa untuk membayar konten yang mereka konsumsi di web. Konvergensi merupakan nama permainan ini. Di sini operator GSM mengandalkan paket-paket mereka pada konsumen. Sementara, perbedaan antara penyedia konten dan penyedia layanan makin kabur, tantangan mengenai cara memonetisasi komunitas online ini tidaklah mudah tetapi memiliki potensi tinggi    jika dapat dipecahkan dengan baik.

 

Jejaring sosial masih menjadi tren utama dalam ranah online di Indonesia. Kekuatannya makin mencengkeram pasar Indonesia yang ditandai dengan makin naiknya jumlah pengguna Facebook di nusantara hingga melampaui angka 30 juta. Negeri kita juga menjadi pasar Twitter ke-3 paling aktif di dunia.

 

Itu hanya sebagian kecil dari gunung es yang jauh lebih besar karena hanya 12% dari warga Indonesia yang terkoneksi dengan Internet hingga saat ini. Dari angka itu, hanya 5% yang menggunakan PC (komputer pribadi) sebagai alat untuk menjangkau dunia maya.

 

Sebuah prediksi yang dimuat dalam laporan terkini dari Boston Consulting Group menyatakan bahwa angka-angka di atas akan naik 3 kali lipat hingga tahun 2015. Meskipun Facebook tidak memiliki kantor perwakilan di Jakarta, jumlah pengguna Facebook di negeri ini tidak bisa diremehkan karena menduduki urutan kedua terbesar dalam peringkat ukuran pasar di dunia.

 

Akun-akun orang Indonesia mendominasi sebanyak 20% di jejaring sosial Friendster yang pernah begitu populer dahulu di antara pengguna web Asia. Google yang juga tertarik pada pasar ini mengumumkan di bulan Juli 2011 bahwa mereka akan membuka kantor perwakilan untuk membantu memperluas pangsa pasar Google di Indonesia yang menjanjikan ini.

 

Semua surat kabar besar memiliki situs online masing-masing tetapi masalah pemberlakuan tarif untuk menikmati konten masih menghadang, sebagaimana dalam sebagian besar pasar. Konten online memiliki pengaruh besar terhadap kelompok media cetak yang lebih 'mapan'. Penerbitan konten secara online makin banyak dianggap sebagai cara paling ampuh dalam membidik konsumen Indonesia yang demikian besar jumlahnya.  Dan ini memberikan jalan untuk mengatasi biaya operasional yang demikian tinggi yang menghantui media cetak di nusantara.

 

Portal online seperti Vivanews! menghasilkan tingkat kunjungan yang relatif tinggi. Sementara Wall Street Journal meluncurkan versi onlinenya dalam bahasa Indonesia, dengan tujuan mereplika upayanya di Jepang dan China. 

 

Ada juga minat dari para investor dalam menggarap pasar online yang menggiurkan ini, menunjukkan makna penting dan strategis dari pasar online Indonesia di benua Asia. Yahoo! membeli jejaring sosial berbasis lokasi Koprol di bulan Mei 2010 dengan nilai yang kabarnya mencapai 100 juta dollar (yang belum pernah dikonfirmasi sama sekali). 

 

Bersamaan dengan potensi yang tinggi itu, muncul pula tantangan-tantangan yang tidak kalah banyak. Dari sudut pandang regulator, garis perbedaan makin kabur dalam Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan regulasi yang relatif kendur. 

 

Melakukan upaya penetrasi menuju komunitas online yang besar dan banyak menggunakan perangkat bergerak seperti smartphone dan tablet PC ini tetap menjadi sebuah isu yang menantang. 

 

Banyak dari kenaikan penggunaan Internet didorong oleh harga jual perangkat BlackBerry yang murah karena disubsidi oleh para operator GSM. Tak heran mereka bersedia memberikan subsidi karena tingkat konsumsi konsumen ini akan makin mengganas setelah perangkat berada di tangan.

 

Di tahun 2010 saja, periklanan online setara dengan 4% pengeluaran. Pada saat yang sama, penetrasi perbankan dan kartu kredit masih belum sesuai harapan karena keterbatasan sejumlah faktor. Ini menjadi kendala dalam melakukan transaksi jual beli online. Facebook memperkirakan hanya 10-20% dari pengguna Indonesianya yang mengklik pada iklan yang diunggah.

 

Namun, dari tingkat bawah, iklan online tumbuh cepat, sebanyak 400% dari tahun ke tahun di 2010. Pembelanjaan pada iklan yang dipajang secara online mencapai 28,4 juta dollar tahun itu sementara belanja untuk iklan di pencarian tumbuh hingga 13,4 juta dollar. Baik Facebook dan Friendster  bekerja dengan Admax Network untuk mengakses ruang iklan.

 

Indonesia juga menjadi medan uji coba untuk marketing online inovatif. Jika operator telekomunikasi mengendalikan  pembelian mikro mereka, iklan online bisa mengambil alih. Multiply, jejaring sosial yang berpusat di AS yang menawarkan layanan trading pasar dengan cara yang sama seperti eBay, memiiki pengunjung sebanyak 7 juta dari Indonesia, 2 juta di antaranya ialah pengguna aktif. 

 

Transaksi rata-rata yang mencapai jumlah Rp 150.000 (18 dollar) mengubah Indonesia menjadi pasar terbesar Multiply dunia di tahun 2011. "Salah satu kunci sukses dalam dunia ecommerce ialah kepercayaan dan rekomendasi," kata Andy Djiwandono, wakil presiden Multiply Indonesia.

 

Pasar online Indonesia telah membuktikan dinamikanya, membangkitkan minat investor secara signifikan baik dalam lingkup lokal dan internasional. Jika pengiklan online sukses dalam mengatasi kendala-kendala iklan dan ecommerce, pasar Indonesia yang makin tumbuh besar ini menawarkan profit yang tak sedikit. (OxfordBusinessGroup/*Akhlis)

(Sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/178-bisnis-online/22691-menilik-potensi-media-online-indonesia-.html)