-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Khilafah Bukanlah Institusi Kekerasan, maka harus Didukung Penuh Umat

60menit.com
Senin, 04 Mei 2015

BANJARMASIN – Citra Khilafah, sempat memburuk, saat hadirnya kelompok milisi yang mendeklarasikan diri sebagai IS (Islamic State) di Suriah dan Irak. Padahal, Istilah Khilafah sudah dikenal luas, sebagai sistem pemerintahan yang diwariskan Rasulullah Saw., untuk menerapkan total syariat Islam.

Oleh karena itu, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kalimantan Selatan (Kalsel), Drs. H. Muhammad Tambrin, M.Mpd, meminta masyarakat tidak menjustifikasi Khilafah sebagai institusi kekerasan, seperti yang diperagakan IS.

Setidaknya Pesan ini disampaikannya, saat dikunjungi 4 pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tingkat 1 Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalsel, di ruang kerjanya, selasa (28/04/15).

Tambrin menegaskan, umat Islam saat ini mesti waspada, karena politik pecah belah masih dilangsungkan Negara barat di Dunia Islam, semata untuk mengeruk kekayaan sumber daya alam di negeri-negeri kaum muslimin.

"Timur Tengah saat ini sedang kacau, karena ada campur tangan Eropa dan Amerika di dalamnya, yang ingin menguasai deposit minyak. Negara-negara kaum muslimin sengaja diadu domba, kemudian dimiskinan, dan bahkan turut berimbas ke wilayah Asia lainnya, khususnya Indonesia." Urai Tambrin, kepada para pengurus DPD I HTI Kalsel.

Tentunya, yang paling mendapat dampak dari kemunculan IS, adalah gerakan Islam yang mengusung penerapan syariah dan Khilafah, layaknya Hizbut Tahrir (HT). Akibatnya, HT sering kena opini generalisasi radikalisme. Padahal, di sepanjang perjuangannya, HT dikenal tanpa kekerasan, dan bermain di ranah pemikiran.

"inilah permainan Negara barat, untuk mempertahankan ideologi kapitalisme dan penjajahan gaya baru-nya di Dunia. Mereka sengaja memunculkan IS dan mengarahkan isu buruk ke Istilah Syariat Islam dan Khilafah, karena dianggap bisa membahayakan kekuasaan mereka di Negara-negara kaum Muslimin." Jelas Baihaki, Ketua DPD I HTI Kalsel kepada Kakanwil Kemenag Kalsel.

Untuk melawan penjajahan gaya baru di Dunia Islam tersebut, maka HTI kembali menggelar acara besar di tahun ini, berupa Rapat dan Pawai Akbar (RPA), di banyak kota besar se-Indonesia. Khusus di Banjarmasin, akan diadakan pada 14 Mei 2015. Oleh karena, itu pengurus HTI Kalsel, juga mengundang Kakanwil Kemenag Kalsel, bersama lebih dari 20.000 umat Islam lainnya dari 13 kabupaten kota se-Kalimantan Selatan, guna berhadir dalam momentum istimewa tersebut. (ali/hti)