-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Dedi Mulyadi Tak Diusung Golkar "Partai Lagi Kacau ?"

60menit.com
Senin, 30 Oktober 2017


JAKARTA, 60MENIT.COM  - Pengamat Politik Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan, Golkar telah melakukan blunder besar pada Pilkada Jawa Barat, karena tidak mengusung Dedi Mulyadi yang merupakan kader Golkar.

Sebab, Golkar resmi mengusung Ridwan Kamil menjadi calon gubernur di Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang.

"Saya pikir langkah Golkar ini blunder besar ya, pertama Golkar partai kader. Oleh karena itu, selayaknya dia mengusung kadernya sendiri. Kader yang potensial itu Dedi Mulyadi," kata Igor kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (28/10/2017).

Golkar menurut Igor, seharusnya belajar dari pengalaman Pilkada DKI Jakarta yang kalah saat mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

"Pada Pilkada DKI Jakarta kemarin, alih-alih mengusung kadernya sendiri, Golkar malah mendukung figur yang populer seperti Ahok. Namun kenyataannya, Ahok kalah juga kan," ujar dia.

Igor memandang, seharusnya Golkar mengusung kadernya sendiri, terlebih lagi Golkar punya kader terbaik di Jabar yang telah bekerja keras untuk meningkatkan elektabilitas partai.

"Golkar sangat tidak mendengarkan aspirasi dari kader, ini ironis. Suara Golkar suara rakyat, tapi tidak pernah mendengarkan suara rakyat Jabar itu sendiri. Seharusnya kan disurvei, kalau misalnya hasil survei menetapkan Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar elektabilitasnya tinggi, tapi di 3 besar selalu ada nama Dedi Mulyadi," papar dia.

Ia menambahkan, survei elektabilitas dan popularitas juga tergantung kepada siapa responden yang diambil.

"Saya yakin semua pemilih Golkar akan memilih Dedi Mulyadi, bukan kader yang lain. Seharusnya Golkar lebih memperhatikan aspirasi kadernya di Jawa Barat baik tingkat DPD I maupun DPD II," sebut Igor.

Bunuh Diri Politik

Sementara, Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi menyayangkan Partai Golkar lebih memilih Daniel Muttaqien dibanding Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Menurut Muradi, Partai berlambang beringin seperti melakukan bunuh diri politik.

"Menurut saya Golkar terlalu fragmatis. Mengabaikan Dedi sama halnya seperti melakukan bunuh diri politik," ujar Muradi.

Muradi mengatakan, jika memilih Daniel untuk mendampingi Ridwan Kamil dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar), hanya untuk merebut suara PDIP di daerah Pantura adalah hal yang salah.

Mengingat suara PDIP di wilayah Indramayu dan sekitarnya lebih condong kepada ayahnya Daniel, Irianto MS Syafiuddin alias Yance.

"Menurut saya salah besar ketika ingin mendapatkan suara PDIP di Indramayu dengan mengusung anaknya Yance," kata dia.

Sebab, menurut Muradi, Golkar tetap harus melihat sosok yang diinginkan masyarakat menjadi pemimpin di Jawa Barat. Lagipula, masih banyak kader lain yang menurut Muradi elektabilitasnya di atas Daniel Muttaqien.

"Kita tetap harus melihat figur. Figur Dedi sebagai kader Golkar sudah tidak diragukan lagi di Jawa Barat. Hanya tinggal memoles sedikit lagi," kata Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Unpad ini.

Menurut Muradi, sebuah kesalahan besar jika Dedi Mulyadi tidak diusung oleh Golkar. Setidaknya, kata Muradi terdapat dua dampak besar yang bakal dihadapi Golkar nantinya.

"Konsolidasi di level bawah tidak akan berjalan efektif. Dampak berikutnya yang lebih besar, keputusan ini akan berdampak pada hilangnya kepercayaan pengurus, kader, dan pendukung Golkar di Jawa Barat terhadap elit politik di DPP Pusat," kata dia.

Saat dikonfirmasi secara terpisah, Dedi Mulyadi belum mau memberikan pernyataan terkait hal tersebut. Dedi mengaku akan memberikan keterangan pers pada Senin 30 Oktober 2017 mendatang. "Nanti saja sekalian Senin," kata Dedi. Pungkasnya. (Redaksi 60Menit.com - Net)