-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Dansektor 21 Satgas Citarum Harum Kolonel Yusef Sudrajat : Lebih Baik Pulang Nama Daripada Gagal Dalam Bertugas

60menit.com
Rabu, 06 Juni 2018



Dansektor 21 Citarum Harum
(Kolonel Yusef Sudrajat)
BANDUNG, 60MENIT.COM - 'Bagi Prajurit Siliwangi Lebih Baik Pulang Nama Daripada Gagal Dalam Bertugas', hal ini diungkapkan Komandan sektor 21 Satgas Citarum Harum dari Kodam 3/ Siliwangi Kolonel Yusef Sudrajat saat membahas tugas pokok fungsi (tupoksi)nya kini sebagai 'penjaga' Sungai Citarum.

Pengemban perpres Nomor 14/ 2018 yang langsung di bawah Komando Menko Kemaritiman melalui Pangdam 3 Siliwangi ini juga mengaku akan selalu konsisten dan menjaga ketegasannya dalam menghadapi para pengusaha pabrik atau siapa saja yang berani mencemari Citarum oleh limbah beracun.

Ucapannya ini dibuktikan dengan dicornya beberapa pabrik yang terindikasi kuat dan terbukti mencemari Sungai Citarum maupun anak sungainya. Diantaranya PT.Adetex yang berlokasi di Jalan Raya Banjaran Kab.Bandung. 

Penuturannya ini diungkapkan di hadapan puluhan wartawan saat menggelar jumpa pers bersama Owner PT.Adetex Wewen Tjahyadi dan Manager Umumnya Agus Safari di ruang rapat Hotel Luxton yang berlokasi di Jalan Ir.H.Juanda Kota Bandung pada Senin (4/6/2018) lalu.

Seperti diketahui dan ramai diberitakan media, sebelum pertemuan ini dilangsungkan, PT Adetex Banjaran, yang pada 31 Mei 2018 lalu pembuangan limbahnya ditutup oleh jajaran Sektor 21 Satgas Citarum Harum karena terindikasi mencemari aliran Sungai Citalugtug.

Yaitu sungai yang merupakan anak Sungai Cisangkuy dan bermuara ke Sungai Citarum.Di depan owner perusahaan yang didirikan pada 1973 ini Yusef juga mengatakan bahwa dirinya tidak takut apapun dalam melakukan aslinya termasuk dengan maut.

"Dulu saya sering bertugas di daerah konflik seperti Papua, Ambon dan Aceh selama puluhan tahun, saat pangkat letkol saja saya masih suka lari-lari di hutan, sekarang di Citarum sama saja saya mengemban tugas negara, akan saya jalankan maksimal, matipun saya gak takut", sebutnya.

Sementara Wewey Tjahyadi melalui juru bicaranya Agus Safari menyatakan komitmennya untuk turut mensukseskan program Citarum Harum.  “IPAL PT Adetex itu dibuat sejak tahun 1990, sistem yang digunakan adalah sistem biologi, memakai bakteri dan proses aerator,” kata Agus Safari mengawali penjelasannya.

Agus menyatakan, pihaknya tidak pernah "kucing-kucingan" terkait dengan pembuangan limbahnya, “Kami tidak pernah mencuri-curi, dalam artian men-stop dulu operasional limbahnya lalu kemudian dijalankan lagi, itu malah rugi buat kami. 

Kalau di stop dulu, bakteri akan mati dan menimbulkan bau yang menyengat, jadi kami konsisten terhadap itu. Jika nanti masuk libur Lebaran pun, pengelolaan IPAL akan tetap dijalankan, sekalipun tidak ada karyawan,” jelasnya.

“Kami selama ini selalu berkoordinasi dengan pihak Lingkungan Hidup (LH),” ungkap Agus. “Kami report kepada LH setiap bulan,” imbuhnya. Di konferensi pers itu Agus juga berdalih bahwa pihaknya belum pernah ada catatan-catatan atau mendapatkan surat peringatan dari LH sehubungan dengan kualitas limbahnya.

“Tapi terakhir ada satu aerator kami yang mati, dari 4 aerator yang ada, dan kini sedang dalam perbaikan yang cukup memakan waktu. Sehingga dengan matinya satu aerator, berakibat pada matinya sekitar 20 persen populasi bakteri,” ucap Agus beralasan. 

“Jadi kami memerlukan waktu satu atau dua minggu ke depan untuk memperbaiki sistem biologi ini. Kami komitmen untuk itu dan kami akan terus melakukan konsultasi dengan LH. Dalam satu atau dua minggu kedepan kami dari PT Adetex akan mengembalikan supaya limbahnya menjadi normal lagi,” janji Agus sambil menunjukan sampel yang dibawanya.

Dansektor 21 Kolonel Inf Yusep Sudrajat pada sesi tanya jawab dengan wartawan menerangkan, penutupan pembuangan limbah yang dilakukannya berdasarkan pengamatan dilapangan, dan sebelum ditutup sudah beberapa kali pihak Sektor 21 mengingatkan pihak Adetex untuk memperbaiki limbahnya namun mendapatkan respon yang lambat.

“Kita dan masyarakat menginginkan apa yang tertuang di dalam Perpres tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum bisa terwujud. Dan perlu saya jelaskan kepada Pak Wewey dan pemilik pabrik lainnya, kenapa saya bersama semua komponen berani menutup lubang pembuangan limbah pabrik yang masih membuang limbah kotor ke sungai. 

Kerugian negara dan masyarakat akibat limbah ini sudah cukup besar, kita lihat dari BPJS, dari 1,9 trilyun anggaran yang keluar untuk warga masyarakat Jawa Barat, sebesar 1,2 trilyun adalah untuk masyarakat yang berada di DAS Citarum. 

Terlebih sekarang warga sudah tidak ada yang berani mengkonsumsi air dari sumur dan Sungai Citarum. Umumnya warga harus membeli untuk memenuhi kebutuhan air untuk dikonsumsi. Berapa kira-kira kerugian masyarakat itu?,” tuturnya.

Ditambahkannya, “Dulu sekitar tahun 80-an anak Sungai Citarum biasa menjadi tempat bermain anak-anak, karena masih bersih. Sekarang kondisi sungai sudah tercemar. Yang membuat pencemaran itu salah satunya adalah limbah pabrik, selain limbah rumah tangga, ternak, dan lain sebagainya. 

Nah, ini yang kita harus kembalikan, menjadikan Sungai Citarum bersih dan harum,” ujarnya. “Untuk membuat itu terwujud, maka pabrik-pabrik harus berbenah diri, karena sebetulnya IPAL sudah ada semenjak pabrik berdiri. Harusnya persoalan limbah ini sudah clear, ” ucapnya.

” Dari situlah kami bersama rekan-rekan, lanjut Yusef, kalau masih ada yang belum mau berbenah, silahkan cemari lingkungan pabriknya saja, jangan mencemari lingkungan masyarakat. Saya hanya bisa menjaga lingkungan masyarakat tidak dicemari oleh pabrik. 

Maka itu saya tutup lubang limbahnya. Karena persoalan hukum terkait limbah ini ranahnya kepolisian. Jadi saya hanya bisa mencegah sampai disitu saja, supaya ekosistem kembali saat dulu kita masih kecil main-main di sungai, bisa ngurek, bisa mancing, bisa berenang,” tegas Yusep.

Terkait dengan lubang limbah yang sudah ditutup oleh jajaran Sektor 21 dan pihak Adetex berkeinginan untuk kembali dibuka, “Karena kita menutupnya sama-sama, saya tidak mau membukanya sendiri, saya ingin kesepakatan kita semua tutup itu dibuka seiring dengan keinginan pabrik untuk lebih baik lagi. 

Jika sudah clear limbahnya kita buka, dan jangan ada kucing-kucingan karena tetap kita akan pantau. Bila keluarnya kondisi kotor lagi, kita akan cor lagi lubang limbahnya secara permanen,” tegas Dansektor 21. (Yusman)