BANDUNG, 60MENIT.COM - Jumat (29-06-2018) HAMPIR sepekan meninjau persiapan akhir
penyelenggaraan layanan haji bagi jemaah Indonesia di Arab Saudi, Menag
menggelar rapat evaluasi di kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah.
Menag
menilai persiapan haji 1439H/2018M sudah hampir final. Bahkan, ada sejumlah inovasi
pada penyelenggaraan haji tahun ini, "Cek
akhir persiapan haji 2018 berjalan lancar. Bersyukur, secara keseluruhan
layanan sudah siap 90-95%. Tinggal finalisasi kontrak beberapa hotel di Madinah
dan penyelesaian kontrak katering," tutur Menag di Makkah.
Menag
mencatat ada sejumlah inovasi baru pada musim haji 2018. Pertama, rekam
biometriks jemaah bisa dilakukan pada semua embarkasi haji di Indonesia, Sejak 2016,
Kemenag terus mengusahakan agar rekam biometrik yang mencakup data 10 sidik
jari dan foto wajah jemaah haji bisa dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut
bisa terealisasi tahun ini. "Inovasi
ini akan memotong antrian dan masa tunggu yang sangat panjang saat pemeriksaan
imigrasi jemaah, baik di Bandara Madinah maupun Bandara Jeddah," jelas
Menag.
"Dari
sebelumnya bisa 4-5 jam, tahun ini diharapkan antrian jemaah di kedua bandara
di Saudi itu hanya sekitar satu jam," sambungnya.
Setibanya di
bandara Madinah atau Jeddah, jemaah tinggal melakukan proses clearance
(verifikasi akhir), berupa perekaman hanya satu sidik jari dan stempel paspor
kedatangan. Bahkan, khusus embarkasi Jakarta - Pondok Gede (JKG), Jakarta -
Bekasi (JKS), dan Embarkasi Surabaya (SUB), seluruh proses imigrasi, baik
biometrik maupun clearance sudah dilakukan di Indonesia. "Jadi, sampai
bandara di Madinah atau Jeddah, jemaah yang berangkat dari tiga embarkasi ini
bisa langsung menuju bus untuk diantar ke hotel," ujar Menag.
Inovasi
kedua, QR Code pada gelang jemaah. QR Code berisi rekam data identitas jemaah
yang dapat diakses melalui aplikasi haji pintar. Ini akan memudahkan petugas
haji dalam mengidentifikasi dan membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan.
Ketiga,
sistem sewa akomodasi satu musim penuh di Madinah. Selama ini, sistem sewa
seperti itu hanya diterapkan di Makkah. Di Madinah, sewa akomodasi dilakukan
secara blocking time.
Mulai tahun
ini, 52,02% jemaah akan ditempatkan di 32 hotel yang disewa satu musim penuh.
Artinya, hotel menjadi hak jemaah Indonesia secara penuh tidak dibagi dengan
negara lain. Dengan begitu, pemindahan jemaah dari Madinah ke Makkah atau
sebaliknya, dapat dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan jemaah. "Kita
tidak lagi khawatir dengan masalah batas waktu tinggal di hotel, seperti pada
sistem blocking time," tutur Menag.
Keempat,
penggunaan bumbu masakan dan juru masak (chef) asal Indonesia. Kemenag minta
kepada seluruh perusahaan katering untuk menggunakan bumbu asli dari Indonesia.
Selain untuk menjaga cita rasa khas kuliner Indonesia, ini juga untuk
meningkatkan ekspor Indonesia ke luar negeri. Selama ini, bumbu masak di Saudi
didominasi dari negara lain. "Kami
juga wajibkan penyedia katering untuk mempekerjakan juru masak asli
Indonesia," ujarnya.
Kelima,
layanan katering bagi jemaah haji Indonesia selama di Makkah ditambah. Kalau
sebelumnya hanya 25 kali, tahun ini menjadi 40 kali. Selain itu, ada juga
penambahan pemberian kelengkapan minuman dan makanan berupa teh, gula, kopi,
saos sambel, kecap dan satu potong roti untuk setiap jemaah. Sementara dana
living cost sebesar SAR1500, tetap diberikan penuh sebagaimana biasa sehingga
bisa digunakan jemaah untuk keperluan lainnya. "Jemaah
haji yang diberangkatkan pagi hari dari hotel di Makkah pada 8 dzulhijjah atau
fase puncak haji, akan mendapat tambahan makan siang di Arafah," ujar
Menag.
Inovasi keenam,
penandaan khusus pada paspor dan koper, serta penggunaan tas kabin. Untuk
memudahkan pengelompokan, paspor dan koper jemaah tahun ini diberi tanda warna
khusus per rombongan di setiap kloternya. Tanda warna ini juga sekaligus
menunjukan sektor atau wilayah hotel dan nomer hotel tempat tinggal jemaah.
Inovasi ini
untuk mempermudah identifikasi paspor dan menghindari tertukarnya koper jemaah.
Apalagi, tahun ini layanan hotel juga ditambah dengan jasa angkut sehingga
jemaah tidak perlu lagi membawa kopernya hingga sampai pintu kamar. Sebelumnya,
koper jemaah sering bercampur karena sulit diidentifikasi dan mereka juga
membawa kopernya sendiri ke kamar. tahun ini,
tas kabin jemaah juga diubah dari sebelumnya berbentuk tas jinjing/tenteng
menjadi tas beroda sehingga mereka tinggal menariknya.
Inovasi
ketujuh adalah pengalihan porsi bagi jemaah wafat kepada ahli waris. Tahun ini,
Kemenag telah mengeluarkan regulasi baru bahwa jemaah wafat boleh digantikan
ahli warisnya. Dengan syarat, jemaah tersebut wafat setelah ditetapkan sebagai
jemaah berhak lunas pada tahun berjalan. Untuk tahun ini, mereka adalah jemaah
yang wafat setelah 16 Maret 2018.
Sebelumnya,
porsi jemaah wafat tidak bisa digantikan sehingga uangnya ditarik kembali oleh
ahli waris. Jika akan digunakan untuk mendaftar, maka ahli waris terhitung
dalam antrian baru.
Pencetakan
visa yang saat ini sudah bisa dilakukan oleh Kemenag menjadi inovasi kedelapan.
Inovasi ini sangat signifikan dalam mempercepat proses penyiapan dokumen
keberangkatan jemaah. Sebelumnya, Kemenag harus menunggu visa dari Kedutaan
Saudi sehingga tidak jarang prosesnya menjadi lebih lama.
Kesembilan,
guna mengintensifkan layanan bimbingan ibadah, Kemenag tahun ini menempatkan
satu konsultan di tiap sektor. Selama ini, konsultan ibadah hanya ada di kantor
Daker (Daerah Kerja) Makkah. Konsultan ini diharapkan bisa bersinergi dengan
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) yang ada di tiap kloter.
Terakhir
atau inovasi kesepuluh, Kemenag membentuk tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji
(P3JH). Tim ini terdiri dari petugas layanan umum yang memiliki kemampuan
medis. Diisi oleh petugas dari rumah sakit haji, prodi kedokteran UIN Jakarta,
serta rumah sakit TNI/Polri.
Tim ini
disiapkan untuk mendukung layanan kesehatan pada puncak haji, utamanya pada
hari pertama lontar jumrah. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, banyak jemaah
yang membutuhkan pertolongan kesehatan di areal Jamarat menuju Mina.
"Sepuluh
inovasi ini merupakan upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan pelayanan bagi
jemaah. Harapannya, mereka bisa beribadah dengan tenang, memperoleh kemabruran,
serta kembali ke Tanah Air dalam kondisi sehat," ucap Menag.
"Kami
coba memikirkan hingga detail kecil. Bahkan, jemaah kloter awal tahun ini tidak
diundi hotelnya. Mereka akan ditempatkan di radius terdekat dengan Masjidil
Haram. Tujuannya, memudahkan mereka melakukan tawaf wada’ saat bus shalawat
belum beroperasi dan mereka harus segera bersiap pulang ke Tanah Air,"
tandasnya.
Menag Lukman
bertolak ke Arab Saudi pada Kamis (07/06) lalu. Setibanya di Jeddah, Menag
langsung memimpin rapat bersama jajaran Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
tim penyedia layanan, serta Konjen RI di Jeddah dan tim Kantor Urusan Haji
(KUH). Rapat membahas update kesiapan layanan haji tahun ini.
Esok harinya,
Jumat (08/06), Menag bertolak ke Madinah untuk melihat langsung persiapan di
sana, mulai dari katering, hotel, hingga layanan kesehatan. Minggu (10/06),
Menag melihat kesiapan layanan di Kota Makkah. Selain cek hotel jemaah, Menag
juga melakukan simulasi layanan dan rute bus sholawat yang akan mengantar
jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram (PP).*