-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Al-Quran Cahaya Penerang Kegelapan

60menit.com
Senin, 29 Juli 2013

Foto
JAKARTA - Lebih dari 14 abad yang lampau, Al-Quran diturunkan untuk pertama kalinya di tengah-tengah peradaban manusia yang penuh dengan kekacauan dan kegelapan. Turunnya Al-Quran bagaikan cahaya penerang dalam gelap. Al-Quran menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering yang mengalirkan nilai-nilai ajaran Islam yang luhur, menebarkan keteduhan, memberi ketenteraman, dan menciptakan kedamaian.
Pesan ini disampaikan Presiden Soesila Bambang Yudhoyono ketika memberikan sambutan pada peringatan Nuzulul-Qur'an tingkat Kenegaraan Tahun 1434H/2013M di Istana Negara, Jakarta, Jum'at (26/07) malam.
Peringatan ini dihadiri Wakil Presiden Boediyono, sejumlah menteri di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, para pimpinan lembaga negara, perwakilan para duta besar negara sahabat, serta para pejabat di lingkungan Kementerian Agama.
"Ayat-ayat Al-Quran sejatinya merupakan tuntunan Ilahi yang ditunjukan untuk memberikan jalan kebaikan bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat," terang Presiden.
Presiden berharap peringatan Nuzulul-Quran menjadi momentum bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih banyak membaca Al-Quran, memahami kandungan isinya, dan mengamalkannya dalam kehidupan di dunia.
"Mari jadikan Al-Quran sebagai pegangan kita semua, menjadi petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil," ajak Presiden.
Menurut Presiden, Al-Quran memberi tuntunan kepada umat muslim untuk dapat hidup rukun dan damai, serta memberi pedoman untuk menjadi pribadi yang santun dan berakhlak mulia.
"Dari Al-Quran, kita mendapat pencerahan sekaligus ketenangan jiwa untuk terus meningkatkan iman dan takwa. Dari Al-Quran kita dapat menggali sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia. Dari Al-Quran pula kita mendapat banyak inspirasi untuk membangun tatanan dunia yang lebih aman, lebih damai, lebih adil dan lebih harmonis," kata Presiden.
"Egoisme yang berlebihan apalagi dalam bentuk radikalisme hanya akan memundurkan dan merugikan kehidupan dan masa depan bangsa kita," tambah Presiden
Mengakhiri sambutannya, Presiden SBY mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan solidaritas dan kesalehan sosial kita kepada kaum lemah, kaum fakir, kaum miskin, dan duafa dengan membayar zakat, infak, dan sadaqah. "Marilah kita bangun kebersamaan, persatuan dan kesetiakawanan kita dalam membangun bangsa dan negara, menuju bangsa dan negara yang lebih maju, adil, terhormat, dan sejahtera; negara yang baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur," tutup Presiden.(Ly/Depag)