-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Lawangwangi Creative Space, Gelar Pameran Tunggal Eddy Susanto

60menit.com
Rabu, 07 Mei 2014

BANDUNG - Lawangwangi Creative Space, menggelar pameran tunggal Eddy Susanto di Galeri Lawangwangi dengan tajuk "The Passage of Panji; Memory, journey and desire" yang dikurasi oleh budayawan, Taufik Rahzen.

Pameran dual-painting yang akan dibuka untuk umum sampai tanggal 18 Mei 2014 itu, akan memamerkan sekitar dua puluh karya seni gambar (lukisan) di atas bidang kanvas mengisi seluruh dinding Lawangwangi Gallery dengan nuansa warna-warna alam yang ditarik dari lukisan modern Kamasan Bali dengan tema lukisan cerita PANJI.

Direktur Lawangwangi Creative Space, Andonowati mengaakan, dua puluh lukisan Panji itu dapat dilihat dengan dua pencahayaan, yaitu pencahayaan umum menggunakan lampu penerangan museum standard dan menggunakan lampu ultraviolet.

"Dengan pencahayaan yang berbeda, dapat memunculkan gambar yang berbeda, yaitu gambar Panji versi Kamasan Bali dan lukisan klasik Eropa.

Menurut Andonowati, cerita Panji pada pameran ini dicukil dari sejarah budaya Jawa dan Bali kemudian dikaitkan dengan konteks cerita rakyat yang berlaku universal di kebudayaan Eropa melalui lukisan klasik.

"Lukisan Eddy kali ini banyak diminati oleh kolektor dan investor dari luar Indonesia dan kolektor di dalam negeri. Harga satu lukisan itu saya buat di angka hoki yaitu 99 juta rupiah," kata Andonowati, melalui rilis yang diterima www.Jabarprov.go.id.

Sementara itu, Taufik Rahzen, sebagai kurator pameran mencatat bahwa, karya-karya Eddy Susanto ini menjadi penting karena muatan sejarah dan budaya local yang menghubungkan budaya Jawa dan Bali dari sudut pandang kesusasteraan.

"Cerita-cerita rakyat seputar Panji menjadi subject matter untuk dijadikan resolusi budaya pada era kebudayaan Nusantara," ucapnya. Menurut Taufik, pameran karya seni ini juga dapat dikatakan sebuah jembatan masa lampau, masa kini dan masa depan peradaban manusia melalui bahasa rupa.

"Ini sebuah bahasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat awam sekalipun karena gambar-gambar yang memang menarik dan memikat untuk dilihat hingga mendorong daya imajinasi seseorang ketika mengamatinya," katanya. (Ly/Jbr)