-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Ridwan Kamil Lindungi Masyarakat dari Bahaya Rokok

60menit.com
Selasa, 20 Mei 2014

"Tujuan dari iklan tidak hanya untuk menjual rokok tetapi juga membuai dan menjauhkan ketakutan masyarakat akan produk ini… Apakah ini suatu penipuan? Tentu saja itu penipuan. Apa yang Anda akan katakan? Pergi keluar dan belilah produk kami, itu akan membunuh Anda?!"

Fritz Gahagan, mantan eksekutif periset pasar industri rokok

Jakarta – Senin, 19 Mei 2014, pada hari ini Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) menyerahkan penghargaan kepada Ridwan Kamil, ST., MUD. Walikota Bandung, atas segala upaya inovatifnya dalam melindungi rakyat kota Bandung dari epidemi tembakau. Mulai dari mencanangkan "Selasa Tanpa Rokok" sampai memprakarsai konsep "rumah tanpa asap rokok" dan yang paling berani adalah "melarang iklan rokok di Bandung". Penghargaan diserahkan kepada Ridwan kamil oleh Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau) di Jenggala 1, Kebayoran. Hadir dalam acara ini segenap pimpinan Komnas PT, Aktifis Pengendalian Tembakau dan perwakilan organisasi anggota Komnas PT serta media.

"Tembakau adalah satu-satunya industri yang menghasilkan produk untuk membuat keuntungan yang besar dan pada saat yang sama merusak kesehatan dan membunuh konsumen mereka", seperti yang dikatakan oleh Margaret Chan, Sekjen Badan Kesehatan Dunia. Epidemi tembakau sudah berada di garis merah di tanah air, meskipun demikian tembakau yang penggunaannya sudah jelas membuat sakit penggunanya dan berdampak sangat buruk pada lingkungannya belum juga menggerakkan pemerintah pusat untuk mengatur produksi dan peredaran produk ini dengan ketat.

Pengaruh industri rokok dalam pembuatan kebijakan pengendalian tembakau sangatlah kuat. Berbagai alasan yang tidak benarpun ditebar oleh industri rokok melalui para pendukungnya; mulai dari rokok sebagai penyumbang cukai terbesar sampai masalah kesejahteraan petani dan lapangan pekerjaan. Tapi apakah alasan ini benar? Pertama, rokok bukan penyumbang pajak terbesar, dan yang 'menyumbang' bukan industri tetapi konsumen rokok, si calon pasien yang akan membebani keluarga dan negara di kemudian hari. Kedua, pertanian tembakau tidak pernah berkembang di Indonesia, karena industri rokok lebih suka mengimpor tembakau dari Cina, Amerika dan Brazil misalnya. 

Dan sudah banyak bukti bahwa ternyata petani yang beralih ke tanaman lain seperti kopi dan sayuran terbukti lebih sejahtera. Ketiga, buruh rokokpun tidak sejahtera, seperti yang sudah kita lansir di banyak laporan investigasi media, upah di bawah UMR dan demo dimana-mana. Yang terakhir bahkan perusahaan rokok terkaya di dunia menutup pabriknya di beberapa tempat dengan alasan tidak menguntungkan… 

Bagaimana mungkin anda meraup begitu besar profit kemudian menutup pabrik.. Apakah mereka memikirkan buruhnya?

Apakah kita masih akan berdebat soal-soal di atas?

"Satu-satunya yang terbukti adalah semakin kayanya produsen rokok mengeruk pundi-pundi uang dari konsumen dan membiarkan negara menanggungnya ketika mereka menjadi sakit. Dan fakta yang paling tragis adalah maraknya iklan, promosi dan sponsor rokok yang menjaring anak untuk menjadi perokok pemula menggantikan perokok dewasa yang mulai sakit dan mati", kata ..Dr. Prijo Sidipratomo, mantan ketua IDI yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau.

Industri rokok adalah satu-satunya industri yang dapat berbuat semaunya bagai raja di negeri kita. Hanya karena satu alasan…rokok produk legal dan dilindungi negara. Lalu siapakah yang akan melindungi rakyat dari produk yang membuat sakit dan membunuh konsumennya?
Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) sangat khawatir dengan sikap sejumlah pembuat
kebijakan yang nampak tidak berpihak pada perlindungan kesehatan publik dan bahkan berlebihan melindungi industri produk yang terbukti membunuh massa. Untuk itu Komnas PT sangat menghargai terobosan yang dilakukan oleh pemimpin muda seperti Ridwan Kamil, ST., MUD dalam melindungi rakyat Bandung dari bahaya rokok dan Komnas PT menghimbau para pemimpin daerah dan negara untuk mencontoh suatu keteladanan dari kepemimpinan Ridwan Kamil, ST.,MUD.

Pemberian penghargaan ini bukan yang pertama, beberapa bulan yang lalu Komnas PT juga memberikan penghargaan kepada Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, karena beliau sudah menolak dan menggagalkan pameran rokok Jerman terbesar yang sedianya akan diadakan di Bali.Pada pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013, Komnas Pengendalian Tembakau juga memberikan penghargaan kepada Bapak Ignasius Jonan, Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia atas upaya PT KAI menerapkan larangan merokok di dalam gerbong dan lingkungan stasiun kereta api yang bertujuan untuk melindungi penumpang dari bahaya paparan asap rokok dan menambah kenyamanan dalam gerbong kereta api.

"Kita akan terus mengupayakan advokasi terbaik dalam pengendalian tembakau, dan memantau perkembangannya. Masyarakat sudah semakin cerdas dan paham betapa pentingnya pengetatan peredaran produk ini demi melindungi bangsa. Setiap perkembangan ke arah kebaikan adalah perayaan buat bangsa Indonesia," kata Dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad.

* * *

Mengenai Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT):

Komisi Nasional Pengendalian Tembakau merupakan organisasi koalisi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang penanggulangan masalah tembakau, didirikan pada tanggal 27 Juli 1998 di Jakarta, beranggotakan 21 organisasi dan perorangan, terdiri dari organisasi profesi, LSM dan Yayasan yang peduli akan bahaya tembakau bagi kehidupan khususnya bagi generasi muda. Koalisi kemasyarakatan ini diawali oleh rasa kepedulian yang mendalam untuk meningkatkan mutu kesehatan bangsa Indonesia maka berbagai organisasi kemasyarakatan sepakat menyatukan langkah dalam upaya melindungi manusia Indonesia dari bahaya yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok.