-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Leluhur Sunda Deklarasikan "Gerakan Pilihan Sunda"

60menit.com
Jumat, 29 Desember 2017

Pasangan Independen Pilwalkot Bandung " DURIAT (Ir. Dony Mulyana & Ir. Yayat Rusdiana, MS.T)
 
BANDUNG, 60MENIT.COM - Atas dasar cita-cita leluhur sunda bihari utamanya yang tertuang dalam Wangsit Prabu Siliwangi

"Saatnya para Pemimpin Sunda berkarya nyata dan bisa mempraktekan haknya sebagai pemimpin masyarakat luas ungkap Pasangan Duriat Ir Dony Mulyana Kurnia ditemani wakilnya Ir.Yayat Rusdiana.MS,Tr (Calon Independent Walikota Bandung) saat acara Deklarasi Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), Rabu, (27/12/2017) di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat.

Untuk itu, "cari orang sunda yang asli dan mampu menjalankan amanat leluhur tersebut," akui Dony.

Memang pemimpin sunda sebelumnya sudah menginspirasi lewat budaya sampai menerapkan pada kehidupan sehari hari. " tinggal meneruskan," lanjut Doni.

Namun Dony juga berharap, filosofi Sunda pada infrastrutuk kota juga perlu diawasi. Apa makna yang berkaitan dengan kusundaan.

Maka dari itu, jika masuk sebagai calon perseorangan, tambah Dony yang memiliki jargon kampanye  'Duriat Bandung Juara', akan meningkatkan dan membuktikan pengemasan membangun kota Bandung.



Sementara itu, Deklarasi yang bertemakan 'Membela Indonesia Melindungi Nusantara', dengan menyatakan tiga butir pernyataan, dalam kemasan Pajajaran Anyar.

"Ini pun sebagai reinkarnasi perhimpunan perjuangan di tahun 1955. Juga sekaligus sebagai persemaian bagi generasi baru, demi memunculkan kepemimpinan baru di negeri kita. Landasannya, atas misi luhur kebangsaan, menjaga persatuan NKRI, UUD 1945, Pancasila dan wawasan nusantara," kata inisiator Gerpis, Andri Perkasa Kantaprawira sambil menambahkan – "Ini pun sebagai peringatan Konferensi Meja Bundar Ke-68."

Hadir dalam deklarasi ini sejumlah tokoh lintas partai, lintas organisasi, dan lintas generasi, dari berbagai elemen masyarakat di Jawa Barat, di antaranya Tjetje Hidajat Padmadinata, Mohammad Jumhur Hidayat, Iwan Sulandjana, Tatang Zaenudin, Mulyadi, Dindin Maolani, Prof. Karim Suryadi, KH. Ayi Hambali, serta berbagai elemen lintas sektoral lintas generasi.

Panutan 'Urang  Sunda'

Jumhur dalam paparannya  mengisahkan kiprah tokoh nasional Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja SH, LL.M, sebagai panutan kita. Utamanya kala mengingatkan soal UNCLOS (United Nations Convention On The Law Of The Sea) yang ditandatangani 117 negara, dan dua lembaga non negara pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika. Menurutnya, Mochtar telah semakin mempersatukan Indonesia melalui konsep Wawasan  Nusantara yang mendunia:"Ini kan dasarnya dari  Deklarasi Djuanda (13/12/1957 – red). Pak Djuanda itu juga orang Sunda, kan?"



Lainnya, Tjetje Hidajat Padmadinata hari itu mengupas tentang pentingnya orang Sunda merasa percaya diri. Dalam konteks situasi politik terkini, ia paparkan:"Janganlah terlalu percaya sama orang Jakarta," ujarnya yang ditimpali hadirin dengan senyum dan tawa, malah.

Secara terpisah redaksi mengontak tokoh Jabar Eka Santosa, karena dalam pertemuan ini tidak tampak:"Sebenarnya, akan hadir hari itu namun mendadak ada tamu yang harus saya tangani. Tetapi saya kirim utusan dari Gerakan Hejo dan BOMA Jabar. Mereka ada yang hadiri di sana," jawab Eka melalui telepon selaku Ketua Umum Gerakan Hejo dan Duta Sawala (Sekjen) BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar.

Eka ditanya perihal tiga butir Deklarasi Gerpis yang berintikan; Wangsit Prabu Siliwangi sebagai sumber inspirasi untuk memunculkan kebangkitan Indonesia; menempatkan Ki Sunda sebagai Garda Terdepan menjaga pilar pesatuan dan ukhuwah NKRI; serta, ajakan ke warga RI khususnya 'urang Sunda', mendukung cita-cita dan strategi Gerpis di setiap front perjuangan politik, ekonommi, budaya, dan kebangsaan yang berdasarkan UUD 1945, Pancasila dan Wawasan Nusantara:"Deklarasi ini, menurut saya tinggal di praktikkan saja dengan konsisten di lapangan. Saatnya, siapa pun warga negera RI untuk bangkit dan melahirkan karya besar. Kalau bisa seperti Pak Mochtar dan Ir. H Djuanda itu, karyanya masuk ke level dunia"
(Zhove)