-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Hendra Guntara Sayangkan Isu Penganiyaan Tokoh Agama Terpolitisir

60menit.com
Rabu, 14 Februari 2018

BANDUNG, 60MENIT.COM - Telah terjadi 3 insiden penganiayaan menggunakan tema agama. Sejak penganiayaan terhadap pengasuh pondok pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kab. Bandung (27/1/2018), pemukulan terhadap Komandan Brigade PP Persis, Ust. Prawoto, hingga meninggal dunia (1/2/2018), dan penyerangan terhadap acara misa di gereja St. Lidwina.

Karena hal itu, menurut Hendra Guntara Ketua DPD KNPI Kota Bandung Terpilih 2018 - 2021, lewat pesan medsos chat WA, Selasa, (12/02/2018) saat diminta keterangan kejadian 3 peristiwa ini;  sungguh sangat disayangkan. Apalagi di saat masyarakat sedang menata kerukunan antar umat beragama, justru kekerasan terhadap tokoh agama muncul dalam waktu yang sangat beriringan.

"Ini kasus kriminal, perlu diusut aparat penegak hukum sampai tuntas. Tapi ingat juga, kejadian ini ibarat memancing di air keruh", ucap Hendra.

Masih kata Hendra, terlepas dari aktor penganiayaan melalui orang gila atau pun ekstrimisme agama. Hendra menduga, kejadian dengan tema yang sama ini dan waktu yang beriringan pasti tidak berdiri sendiri.

Paling tidak, ada tiga framing yang muncul dalam memetakan insiden kekerasan terhadap agama, terang Hendra, yakni ;

Secara agama, muncul framing kelompok ekstimisme agama kuat di masyarakat. Secara hukum, muncul framing aparat penegak hukum yang lemah dalam memberikan perlindungan.

Selanjutnya, secara sosial, muncul sikap saling curiga antar kelompok masyarakat yang berlainan.

Ditambah secara politik, muncul framing bahwa negara lemah, jelas Hendra.

Maka dari itu, framing yang terjadi di masyarakat inilah akan memunculkan stigma ketidakpercayaan kepada sesama, bangsa, dan negara.

Untuk itu, Hendra lewat DPD KNPI Kota Bandung sebagai wadah silaturahmi dan wadah berhimpun pemuda ;  mendorong penuh proses dialog lintas agama dan golongan untuk terus menjalin kerukunan, keterbukaan, dan kedamaian di kota Bandung.

Dan berpesan agar pemuda bisa bersatu padu untuk melawan segala bentuk teror yang terjadi.

Disamping itu, harus mampu mengusut tuntas kasus hukumnya, mendeteksi dini segala bentuk persiapan teror; baik teror pemikiran, teror tulisan, maupun teror tindakan.

"Mari bersatu Mewujudkan Bandung Bebas Teror, Intoleransi, dan Disintegrasi", pungkas Hendra mengakhiri. (Jajat S)