-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Anton Charliyan Jenderal Opini

60menit.com
Sabtu, 28 April 2018




BANDUNG, 60MENIT.COM - (28-04-2018) Saya mengenal  Anton Charliyan sejak  pertengahan tahun 2004 saat itu masih berpangkat AKBP dinas di Polda Metro Jaya, dikenalkan oleh ketua umum Partai Demokrat Prof. Dr. Subur Budhisantoso  yang sedang  bekerja keras membangun Partai Demokrat dari nol. Kemudian  kami berpisah untuk waktu yang lama dan bertemu kembali pada akhir 2014 juga bersama prof.Dr. Subur Budhisantoso.

Pertemuan kedua tersebut menjadi intens dan bermakna ketika tiba tiba KomJend Budi Gunawan (calon Kapolri) ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK tanggal 13 januari 2015. Setahun lebih saya mendampingi Irjend Pol Anton Chaliyan dalam suka dan duka dan saya akrab memanggilnya abang.

Dalam suasana kegaduhan KPK vs Polri januari 2015, suatu hari saya ditelpon bang Anton Charliyan supaya merapat ke kantornya, saat itu beliau mejabat sebagai kepala Biro di Lemdikpol berpangkat Brigadir Jenderal. Anton berbicara serius kepada saya tentang  harga diri  dan masa depan Polri “ saya tidak membicarakan Budi Gunawan tetapi saya sedang membicarakan Institusi Polri yang harus di jaga kehormatanya dan masa depanya. Komjend Budi Gunawan sudah diusulkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri dan telah disetujui oleh DPR menjadi Kapolri tetapi dengan sangat arogan tanpa alat bukti, KPK menetapkan beliau menjadi tersangka, ini penghinaan, pelecehan dan kedzaliman mendasar terhadap Institusi Polri. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi, Polri harus melakukan“perlawanan” Hukum dan opini.” Demikian kalimat tegas namun tetap tenang dan terukur dari bang Anton Charliyan yang masih saya rekam.

Melawan KPK, apa gak salah?! Semua tahu, soal Hukum KPK adalah lembaga super body dengan wewenang super tak tertandingi. Siapapun dengan sangat enteng bisa digeledah, dicekal dan dijadikan tersangka, kecuali penghuni Istana? Soal Opini, KPK adalah kebenaran, KPK tidak pernah salah, KPK berisi orang orang suci. KPK lembaga dewa yang dihuni para dewa.  Demikianlah pemujaan media massa terhadap KPK dan para penghuninya.

Selama KPK berdiri tidak seorang atau satu lembagapun sanggup dan berani berhadapan dengan KPK?! melawan KPK berarti “kehancuran yang sempurna” sudah terlalu banyak buktinya. Orang atau lembaga yang diposisikan sebagai lawan KPK akan dihancurkan secara hukum dan opini. Demikian yang terjadi terhadap Budi Gunawan dan Polri saat itu.

Budi Gunawan dan Polri dicemooh, dilecehkan oleh hampir seluruh media meanstream yang selalu memanjakan KPK dan kroninya termasuk Tim 9 yang beropini liar. Para tokoh itu tak henti hentinya melancarkan serangan demi serangan mematikan. Menghadapi semua fitnah tersebut, Budi Gunawan bersikap tenang dan “diam”. Polri dibully, Polri “divonis bersalah” oleh opini.

Dalam situasi sulit, tegang dan dengan segala keterbatasan, Brigjend Pol Anton Charliyan mewakafkan dirinya demi kehormatan dan masa depan Institusi Polri.  Anton siap menelan resiko terpahit, Anton siap  melepas seragam dinasnya demi kehormatan lembaga Polri sekaligus menumpas kedzaliman. “dimata saya yang tersisa saat ini hanya harga diri Polri, saya siap melepas baju seragam polri dan bintang dipundak saya demi kehormatan  Polri. KPK jelas jelas melakukan kedzaliman dan harus dilawan sampai titik darah terakhir” kata Anton dihadapan saya .

Anton Charliyan bekerja cerdas, segera berkonsultasi dengan beberapa pakar hukum  yang sangat kredibel.  Pembelaan jalur hukum disiapkan secara profesional. Jalur hukum adalah jalur paling tepat. Namun jalur hukum harus didukung oleh opini.

Mengapa Opini penting? Anton Charliyan sadar sudah banyak peristiwa hukum yang digiring dan dikondisikan oleh Opini, lebih dari itu yang sangat memprihatinkan sangat banyak keputusan Hukum yang didasari oleh opini. Bahkan opini dengan sangat sadis dan kejam bisa menghukum seseorang sebelum orang tersebut dikenai status hukum oleh lembaga berwenang.

Saya diminta untuk membantu membangun Opini baik dimedia meanstream cetak dan elektronik maupun di media sosial. Perang Opini antara Polri melawan KPK seperti perang antara David (Polri) melawan Goliat (KPK). David adalah seorang Prajurit kecil sementara Goliat adalah raksasa.  Hampir seluruh media meanstream memihak KPK (goliat) dan hanya sebagian kecil netral. Semangat David digenggam erat oleh Anton Charliyan.

kami akhirnya membentuk tim media terdiri dari beberapa orang. Mengandalkan media meanstream tentu sangat sulit karena sebagian besar mendukung KPK walaupun masih ada beberapa yang objektif dalam pemberitaan. Situasi ini membuat kami menjadi kreatif untuk menemukan alternatif dalam membangun opini. Akhirnya kami fokus di media online yang kami create sendiri dan media sosial baik facebook, Twitter, Blog, citizen Journalism termasuk memaksimalkan Kompasiana.

Gegap gempita perang opini berlangsung antara Polri vs KPK, beruntung kali ini Polri selamat dan untuk pertama kalinya KPK kalah opini juga kalah di praperadilan. Kami bekerja siang malam dengan penuh semangat. Alhamdulillah tim opini kami bekerja dengan baik dibawah komando BrigjendPol. DR.Drs. H. Anton Charliyan MPKN.

Mungkin karena kelihaianya dalam mempimpin tim opini, akhirnya Anton Charliyan ditunjuk menjadi Kadiv Humas Polri dengan pangkat Inspektur Jenderal pada 17 maret 2015.  Selama menjadi Kadiv Humas wajah Anton Charliyan menghiasi layar layar kaca dan halaman halaman surat kabar. Media online penuh gambar dan statemen beliau. Konsolidasi internal Humas juga berjalan sangat baik.

Humas Polri terus bekerja membangun opini Polri khususnya bebasis internet, hingga menelorkan media online tribratanews.com yang eksis mulai dari Mabes Polri, Polda hingga Polres di seluruh Indonesia. Beberapa media online pendukung Polri juga dibangun dan cukup  eksis hingga saat ini. Sosialisasi kesadaran akan pentingnya opini terus digenjot ke jajaran polri bahwa setiap anggota Polri adalah humas Polri.

Selain itu, Anton Charliyan juga membangun war room, intelejen media, media monitoring dan media analisis berbasis IT canggih yang mampu diandalkan. Tim media sosial terus dikonsolidasikan dan terus ditingkatkan kemampuan SDMnya, para pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat,  ormas, LSM, organisasi mahasiswa, lembaga pemerintah secara kontinyu diundang untuk memberikan masukan dan bersinergi dalam membangun opini positif lembaga Polri. InsyaAllah pelan pelan Polri akan menunjukan kinerja terbaiknya dan masyarakat akan berpendapat positif. Dibawah komando Anton Charliyan, opini Polri beranjak positif . Wajar julukan sebagai Jenderal Perang opini.

Kemudian pada bulan Mei 2016 IrjendPol. DR.Drs. H. Anton Charliyan MPKN diangkat menjadi Kapolda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Pak Kapolda cukup aktif, eksis dan narsis di Akun FB : Anton Charliyan, akun twitter anton charliyan (@anton_charliyan) dan instagram anton charliyan. Mau kenalan lebih dalam ? silahkan kirim permintaan pertemanan dan follow.

Sisi lain Anton Charliyan adalah seorang humoris tulen, seandainya ada lomba standup Comedy di Polri, saya yakin betul beliau akan keluar sebagai juara. Anton juga sosok religius, humanis dan pecinta budaya nusantara serta aktivis berbagai organisasi. Untuk tetap menghidupkan intelektualitas Anton menulis buku antara lain Master Leadership 1 dan II, Setetes Embun, Jejak Langkah di Wajo.

Anton Charliyan dididik dan dibesarkan Polri didunia reserse (reskrim). Salah satu sisi kecerdasan reserse Anton Charliyan adalah ditunjuk menjadi ketua satgas Penyelidikan dan Penyidikan kasus terbunuhnya aktivis Munir dan Pembunuhan Marsinah. Anton Charliyan berhasil melaksanakan tugas tersebut dengan sangat baik.

Anton Charliyan memperoleh gelar Sarjana dari PTIK kemudian melanjutkan Master di Universitas Indonesia dan Doktor di Universitas Negeri Jakarta. Anton juga lulusan Lemhanas utusan dari Polri.

Dimanapun dan kapanpun beliau menggelorakan Salam tribrata.....
(Jajat S)