-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Berdayakan Urban Farming, Kawasan Kumuh pun Jadi Lahan Asri Bernilai Ekonomi

60menit.com
Selasa, 22 Mei 2018

Camat Kecamatan Cicendo (Fajar Kurniawan)


BANDUNG, 60MENIT.COM - (22-05-2018) Camat Kecamatan Cicendo (Fajar Kurniawan) “Ke depannya kami ingin membangun kawasan wisata dengan mengecat kampung menjadi warna-warni. Ini yang sedang kami koordinasikan”. Ucapnya.


Kalimat tersebut disampaikan Camat Cicendo, Fajar Kurniawan ketika ditanyakan rencananya untuk wilayah RW 04 Kelurahan Pajajaran pada acara Bandung Menjawab yang diselenggarakan Bagian Humas Kota Bandung di Media Lounge Balai Kota Bandung, Jln. Wastukancana, Selasa (22/5/2018).

Wilayah RW 04 Kelurahan Pajajaran memang spesial bagi Fajar, karena wilayah ini dulunya merupakan kawasan kumuh yang kerap terendam banjir luapan Sungai Citepus. Melalui penanganan banjir multidimensional atas kolaborasi warga dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, kini kawasan itu menjadi asri, bahkan menjadi produktif dengan adanya urban farming.

Fajar mengungkapkan, untuk mengubah wilayah RW 04 menjadi kawasan asri bukan hal mudah. Melalui pendekatan kultural, warga diajak berpartisipasi mengatasi masalah lingkungan. Mulai membersihkan sedimentasi sungai hingga pemanfaatan lahan terbuka untuk urban farming.

“Kami memberdayakan 158 orang petugas gorong-gorong dan 95 Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas). Tim ini dioptimalkan sebagai kekuatan fungsional. Warga sangat menerima dengan cara ini dan mereka mau ikut terlibat,” tutur Fajar.

Selama dua bulan, lanjut Fajar, sampah dan sedimen sungai diangkut menggunakan troli, karena jalan yang dilewati sempit. Proses pembersihan sungai tidak selesai sampai di situ, karena meskipun sudah dibersihkan, namun sedimen sungai tetap menumpuk di titik-titik tertentu.

"Warga kemudian berinisiatif untuk memasukkan tanah sedimen tersebut ke dalam polybag untuk dijadikan media tanam. Sampah anorganiknya dimasukkan ke bank sampah yang sudah kita bentuk. Sedimen lainnya jadi media tanam dimasukkan ke dalam pot-pot,” kaa Fajar.

Tak hanya itu, warga kemudian meninggikan kirmir sungai dan memasang paranggong di atas kirmir sepanjang 350 meter. Paranggong itu kemudian digunakan untuk menempatkan polybag-polybag tersebut yang telah ditanami bibit tanaman sayuran.

“Warga merawat tanaman-tanaman di atas kirmir sampai bisa dipanen dan dijual. Akhirnya mendatangkan sumber ekonomi untuk masyarakat,” ujarnya.

Warga, lanjut Fajar, semakin antusias dengan kegiatan urban farming di wilayahnya. Kini setiap keluarga memiliki wilayah urban farming dan mengelolanya sendiri. Beberapa keluarga bahkan menanam tumbuhan di atap-atap rumah mereka.

Fajar boleh berbangga karena setelah tiga tahun, masyarakat di wilayah RW 04 Kelurahan Pajajaran, menjadikan urban farming sebagai kegiatan unggulan daerah. Bahkan banyak yang datang berkunjung ke kawasan tersebut untuk studi tiru atau sekadar membeli sayuran segar hasil bertani warga.

“Bahkan rumah warga yang dulunya membelakangi sungai, sekarang berangsur-angsur menjadi menghadap sungai. Karena mereka merasa lebih mudah mengurus tanaman di depan rumah ketimbang di belakang. Ini kan sangat bagus,” papar Fajar.

Kini, kawasan urban farming itu telah mampu menghasilkan berbagai macam sayur dan buah yang dijual di Bandung Agri Market. Jenis sayur dan buah yang ditanam antara lain cabai, selada, tomat, pakcoy, golden melon, labu madu, blewah, brokoli. Ada juga beberapa jenis tanaman hias.(*)