-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Waspada Jati Ulah Ka Silih Ku Junti

60menit.com
Selasa, 19 Juni 2018


Gedung Pancasila Lokasi Mekarwangi Bandung



H.Budi Hartono
BANDUNG, 60MENIT.COM - Selasa (19-06-1018) Ulah Kasilih Ku Junti (Jangan Tergeser Oleh Karakter Budaya Luar/Asing) Adalah salah satu ungkapan H. Budi Hartono seorang tokoh yang tak pernah terungkap, yang selalu khawatir akan generasi sekarang yang selalu mengutamakan gengsi hingga mengutamakan pergaulan yang dianggap modern dengan tidak sadar secara pelan dan tidak terduga meninggalkan budaya asli daerahnya.

H. Budi (Nama yang kerap dipanggil masyarakat umum) di kediamannya Mekarwangi (19-06-2018) adalah seorang sosok cinta tanah air (NKRI) dan tidak pernah melupakan para pejuang dan tokoh nasional yang sudah berjasa untuk Bangsa dan Negara, ingin menegakkan Budi Pekerti terhadap anak sebagai Generasi Bangsa untuk meningkatkan kembali sikap dan rasa Nasionalisme Indonesia.

Dia berpesan bahwa pihak petinggi ataupun pemimpin harus memberikan ruang terhadap generasi penerus bangsa supaya berakhlak Pancasilais, dan cinta terhadap NKRI, Jangan sampai anak bangsa jadi pembantu di negri sendiri.

Kontaminasi Politik yang tidak  mendasar terhadap Pancasila dan Cinta NKRI kini sudah terjadi saat ini,  2 mereka bergerak mengatasnamakan Pancasilais padahal  demi tujuan pribadi, Siapa Mereka?, mereka adalah sekumpulan orang (dari berbagai kalangan dan latar belakang) yang menyatukan diri menjadi 'oposisi,' (legal atau pun ilegal).

Mereka bisa saya sebut: KO = Kaum Oposisi; BSH = Barisan Sakit Hati; ABC = Anti Pancasila Bertopeng Cinta; topeng cinta tanah air, topeng bela ham, topeng cinta negara, topeng cinta  suara rakyat, topeng cinta kedaulatan pribumi, topeng cinta bela hak-hak rakyat kecil, dan seterusnya. Mereka memiliki ribuan topeng, sehingga bisa berganti kapan saja, sesuai sikon dan kebutuhan.

Disamping dengan metode komunis, mereka juga gunakan Sentimen agama dan Topeng Nasional. Agama, karena daya pikat di dalamnya, jadi alat untuk membungkus kepalsuan, hoax, dan kebohongan, serta rencana jahat. Ajaran luhur agama digunakan untuk membenarkan kepentingan sesaat yang dilumuri kerakusan dan kebohongan. Topeng kepentingan nasional atau kepentingan rakyat. Topeng ini sering digunakan untuk menutupi agenda dan  kepentingan busuk. Plus menggunakan idiom Asing dan aseng, serta membela hak-hak pribumi.

'Metode Komunis' dan aneka 'Topeng' itulah yang sering ditampilkan di area-arena publik, seperti pahlawan pembela rakyat. Tampilan seperti itu mengelabui logika rakyat atau publik yang lugu, mayoritas  berpendikan rendah, berwawasan sempit, dan minim informasi.

Dengan demikian, yang terjadi adalah rakyat atau publik (yang lugu, mayoritas  berpendikan rendah, berwawasan sempit, dan minim informasi) ditipu, dibohongi, diperdaya, diperalat agar menjadi bagian barisan benci dan kebencian. Dan, jika terjadi atau menjadi kumpulan serta kosentrasi massa (Dunia Maya dan Dunia Nyata) menjadi besar, akan mudah diprovokasi untuk melakukan kerusuhan sosial, bahkan lebih dari itu, serta pembrontakan melawan pemerintah yang sah.

Dari kajian bincang sore ini Budi menggaris bawahi bahwa info dan pengamatannya, sekarang ini, sebaran Kaum Oposisi masih di Pulau Jawa, itupun tak merata; umumnya karena terpengaruh oleh orasi dan narasi 'Tokoh-tokoh, orang-orang, oposisi Bertopeng.' Sebetulnya, mereka inilah yang sementara merusak NKRI dari dalam; mereka adalah para pemberontak sejati, yang ingin menguasai Tanah Air.

NKRI harus bersih dari orang-orang yang Jiwa Nasionalisme sakit parah, soalnya saat ini sudah dapat dirasakan bahwa kebanyakan orang asing yang sudah dilegalkan di Negara ini yang menguasai perekonomian rakyat, warga negara asli kini jadi pembantunya.

Hal ini perlu Pengkajian yang super teliti dan penuh kebangsaan bagi para pemimpin (Bupati hingga Presiden) supaya lebih mengutamakan Rakyat yang kini tertinggal dari kemakmuran Bangsa. (Zhove)