-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Indonesia Harus Ganti Kebijakkan Jangan Terpaku Campur Tangan Asing Dalam Aturan Regulasi Ekonomi

60menit.com
Sabtu, 28 Juli 2018

H. Japri (Tokoh Masyarakat GBA 2)

BANDUNG, 60MENIT.COM  - (27-07-2018) Terkait bentrokan grup Gojeg yang menyerang pangkalan ojeg di Cikoneng Bojongsoang Kabupaten Bandung yang menelan korban materi puluhan juta dan aksi pemukulan Anggota ojeg setempat merupakan korban kekerasan maka penilaian warga bahwa pemerintah belum bisa mengindikasikan keadilan pada warganya.

Ungkapan yang tidak setuju atas kebijakan pemerintah ini dilontarkan oleh H. Hapri warga GBA 2 Bojongsoang kepada 60menit.com bahwa " Pemerintah belum bisa mengestimasi keamanan kedepannya, seperti kejadian di bojongsoang kemaren masih terjadi serangan dari gojek ke grup ojeg daerah, hal ini perlu adanya aturan yang membatasi wilayah masing-masing, supaya tidak ada kecemburuan sosial dari para pelaku ojeg tersebut, apalagi Gojek ini kalo kita urut kekayaanya bahwa ada sumbangan yang besar dari China yang membiayai perusahaan Transportasi berbasis aplikasi" Tegas Hapri.

Mengerucut pada Pemerintah yang terkesan masih mengandalkan China terutama pada tenaga kerja asing yang ada di Indonesia Hapri mengeluarkan statement "Saya tidak setuju atas tindakan pemerintah yang masih mengupayakan tenaga orang orang cina kan masih ada tenaga asli orang kita yang masih serba kekurangan, seharusnya Pemerintah Membantu kemajuan Rakyatnya soalnya hanya Pemerintah yang bisa memfasilitasi kemajuan perekonomian rakyat, apalagi kekayaan negara sekarang ini sudah dikuasai 80% nya oleh orang2 asing, mau dikmanakan kita sebagai warga NKRI" Ucap Hapri.

Masih ungkapan Hapri ketika ditanya tentang masih layak atau tidak Bapak Jokowi menjabat presiden, Hapri mengatakan " Saya tidak setuju kalo Jokowi jadi presiden lagi, pokoknya 2019 nanti Harus Ganti Presiden" Ungkapnya.



Masih tentang kebijakkan GOJEG - Selentingan kabar bahwa Gojek dikabarkan baru saja mendapatkan suntikan dana sebesar US$1,2 miliar atau sekira Rp 16 triliun dari raksasa teknologi asal China, Tencent.

Sumber terdekat kedua perusahaan mengatakan kepada TechCrunch bahwa kesepakatan itu sudah ditandatangani sejak minggu lalu. Hanya saja hingga kini kedua pihak masih belum memberikan pernyataan resmi terkait pendanaan tersebut.



Dengan tambahan dana segar ini, otomatis valuasi Gojek saat ini sudah menyentuh angka US$3 miliar (sekitar Rp39,98 triliun). Angka itu setara dengan kompetitornya asal Singapura, Grab, meski masih selisih jauh dari Uber dengan valuasi mencapai US$60 miliar (Rp799, triliun).

Sebelum mengantongi tambahan dana dari Tencet, pada Agustus 2016 lalu Gojek juga baru mendapatkan suntikan investasi sebesar US$550 juta atau Rp7,3 triliun.

Beberapa di antaranya adalah investor lama alias existing, yakni Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group. Sementara itu sisanya merupakan investor baru, yakni KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital and Capital Group Private Markets.



Saat itu sudah berhembus kabar ketertarikan induk perusahaan WeChat ini untuk berinvestasi di Gojek.

Selain Tencent, kabarnya Alibaba dan layanan keuangan Ant Financial sempat melakukan pembicaraan dengan Gojek terkait rencana investasi. Meski kemudian keduanya dikabarkan tidak mencapai kata sepakat.


Tahun lalu, Gojek sempat mengisyaratkan rencana untuk melakukan ekspansi bisnisnya ke luar Indonesia, seperti India atau Sri Lanka. Namun begitu, hinga kini rencana tersebut masih urung terlaksana.



Selain Gojek, ketertarikan Tencent berinvestasi di layanan penyedia transportasi juga sudah lebih dulu dilakukan untuk perusahaan taksi online terbesar di China, Didi Chuxing.

Tencent diketahui juga membeli lima persen saham Tesla pada Maret lalu senilai US$2 miliar.