-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Olah Sampah Organik Dengan Metoda Biokonversi Oleh Magot Lalat BSF Juga Teknologi Berbasis Internet Of Things Guna Memicu Terwujudnya Smart Lingkungan Dan Smart Village

60menit.com
Selasa, 09 April 2019

Ir. H Agus  Ganda
BANDUNG, 60MENIT.COM - Selasa (09/04/2019) Pngelolaan sampah di daerah perkotaan merupakan salah satu hal yang paling mendesak dan merupakan permasalahan lingkungan yang serius, dihadapi oleh pemerintah di negara berpendapatan rendah dan menengah. Tantangan yang semakin berat ini akan terus meningkat karena adanya trend urbanisasi yang terjadi dan tumbuh dengan cepat di populasi masyarakat perkotaan. 

Karena meningkatnya tekanan dari masyarakat dan kepedulian terhadap kondisi lingkungan, para ahli sampah dunia
terpanggil untuk mengembangkan metode berkelanjutan yang berhubungan dengan sampah perkotaan, yang mengusung konsep sebuah perputaran ekonomi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2017) menyatakan bahwa jenis sampah organik di Indonesia memiliki persentase terbesar, yaitu sebesar 60%. Salah satu teknologi dalam mengatasi jenis sampah tersebut adalah dengan cara pengomposan. Metode ini digunakan karena dilakukan secara terbuka, sehingga dapat mengurangi timbulnya bau yang menyengat, mudah dan murah untuk dilakukan serta tidak
membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.

Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara (Kanwal et al. 2011).
Pengelolaan sampah dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sampah di berbagai kota di Indonesia. Hal ini dikatakan oleh Ir. H Agus Ganda yang juga selaku Dosen di Universitas Telekomunikasi (Tel-U)

Menurutnya, Pemanfaatan sampah juga merupakan solusi untuk mengurangi timbulan sampah dengan biaya yang minimum dan dapat dikelola oleh sektor formal maupun informal. Sampah yang ada saat ini dipandang sebagai barang sisa dengan nilai ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan sampah organik sangat
minim (Diener et al. 2011)

"Lalat BSF memiliki habitat asli di Amerika Latin, di Indonesia habitat asli dari Larva BSF yaitu di daerah Maluku dan juga Papua (Alvarez 2012)", jelas H, Agus

Kemudian guna mengatasi masalah tersebut, lanjut H Agus, perlu dilakukan suatu upaya pemanfaatan sampah organik yang juga memiliki potensi ekonomi tinggi. Salah satu solusi dari hal ini adalah pemanfaatan larva black soldier fly (BSF) sebagai pengurai materi organic pada sistem kelola sampah setempat.

"BSF telah diteliti dapat mendegradasi sampah organik dengan memanfaatkan larvanya yang mengekstrak energi dan nutrien dari sampah sayuran, sisa makanan, bangkai hewan, dan kotoran sebagai bahan makanannya (Popa dan Green 2012). Selain itu, larva BSF mudah untuk dikembangbiakkan dengan sifatnya yang resisten terhadap musim, meskipun larva BSF lebih aktif pada kondisi yang hangat, sehingga cocok untuk iklim Indonesia. Menurut Guerero et al. (2013), larva BSF memiliki kemampuan dekomposisi yang terbaik dibanding dengan organisme maupun mikroorganisme lainnya", terang Haji Agus

"System ini diharapkan dapat mereduksi atau bahkan meniadakan pengangkutan sampah organik, baik ke TPS (Tempat Pemrosesan Sementara) ataupun TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan cukup di TOSS TMRL (Tempat Olah Sampah Setempat Terpadu Mandiri Ramah Lingkungan)", jelasnya lagi

Maka dari itu, tambah H. Agus, sampah organik yang berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, pasar tradisonal, dan sebagainya dapat ditangani dengan baik dan secara alami menggunakan larva BSF sebagai pengurai. Larva BSF yang dihasilkan juga bisa menjadi komponen penting pakan hewan ternak seperti unggas, ikan budidaya, dan ruminansia".

"Dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), dapat diterapkan pada kandang dan pengolahan sampah menggunakan larva dan lalat black soldier fly (BSF) dan diharapkan pengontrolan dapat dibuat menjadi otomatis dan dapat dimonitoring secara jarak jauh", ujar Dosen Tel-U ini

Kemudian dalam hal ini, tambahnya lagi, penelitian berfokus pada sistem pengontrolan kendang dan pembiakan larva yang berbasis teknologi Internet of Things (IoT), dengan menggunakan
mikrokontroler untuk menjalankan semua perintah yang diinginkan guna mendukung smart Tempat Olah Sampah Setempat Terpadu Mandiri Ramah Lingkungan".

"Data-data informasi dikirim oleh kandang BSF ke (Firebase) Real Time Databese. Firebase adalah database yang disimpan di cloud, data disimpan sebagai JSON dan disinkronkan secara realtime ke setiap klien yang terhubung. Ketika tempat olah sampah berbasis BSF terhubung ke firebase, maka user/pengguna akan menerima
update data terbaru dari tempat olah sampah secara otomatis. Sehingga Informasi hasil pemantauan BSF dapat disampaikan kepada pengelola melalui aplikasi berbasis websites, serta dapat memberikan peringatan dini apabila terjadi perubahan cuaca secara ekstrim, yang dapat mempengaruhi BSF". pungkas Ir. H. Agus saat memberikan penjelasan tentang System BSF (T.Pro)