BANDUNG, 60MENIT.COM - Rabu (21-08-2019) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung menggelar FGD dan Workshop Tembang Cianjur, di hotel citarum Kota Bandung.
Tantan Syurya Santana, S.Sos., M.Si. (Sekdis Budpar) mewakilli Kadis Budpar Kota Babdung, memaparkan pada kegiatan itu, tembang sunda cianjuran beririsan dengan perkembangan jaman modernisasi kini semakin tergerus tersisihkan oleh lagu-lagu jaman kekinian.
"Undang-undang No.5 Tn. 2017 tentang pemajuan budaya lahir dalam rangka melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, Pemerintah Kota Bandung mulai melestarikan kebudayaan sunda, utamanya lagu dan seni sunda cianjuran" tegasnya
"Disbudpar Kota Bandung sudah mulai mengembangkan pojok budaya, dengan tujuan untuk melestarikan budaya, seni dan lagu Sunda yang yang sekarang mulai diangkat kembali, tak luput tembang sunda cianjuran." imbuh Tantan
Budaya adalah prilaku sehari-hari yang baku dipertontonkan dengan gerak langkah dan ucapan lebih eratnya lagi disebut dengan tatakrama, begitupun dalam seni dan budaya lagu sunda, harus menerap semenjak usia dini, ketika dewasa akan menunjukan bahwa bangsa yang kuat akan bergantung pada budayanya
"Prilaku orang sunda menggambarkan corak budaya sunda, yang kini mulai tertutup hingga muncul prilaku nasional bahkan internasional, salah satu contoh bahasa yang digunakan disalahsatu rumah tangga dengan menggunakan bahasa indonesia bahkan ada pula yang menggunakan bahasa inggris" tutur Tantan ketika membuka acara FGD dan Workshop Tembang Cianjuran.
Hadir pada kegiatan itu, Sekdis Budpar Kota Bandung (Tantan Syurya Santana), Kabid Pengkajian Budaya (E. Munajat M. Ramdan), Dr. RM. Yusup Wiradireja /Yus (Dosen Seni Sunda), MH. A'im Salim, S.Sen (Tokoh Seni Sunda), Mamah Dasimah (Tokoh tembang sunda) dan puluhan peserta guru seni dari bermacam Sekolah Dasar
"Laras bisa menunjukkan identitas bangsa, makin maraknya seni dunia modern, maka sangat mempengaruhi seni sunda, merupakan intervensi budaya asli sunda, hengkernya strategi kebudayaan, seni sunda makin padam, masyarakat makin tidak kenal kekayaan budaya, " ulas Yusup.
Dalam giat ini para ahli yang mengajar seni sunda membahas sejarah dan perjalanan seni tembang cianjuran yang kini tampak timbul dan tenggelam di dunia seni tembang, hanya mereka pecinta seni dan budaya sunda yang kini membawa pengaruh terhadap pelestariannya yanh diwadahi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.
Hal senada diucapakan pula oleh Kabid Pengkajian Budaya Disbudpar Kota Bandung, (E. Munajat Moh. Ramdan) menyampaikan pada wartawan 60menit.com, "Tujuan FGD dan Workshop ini, kita ingin mengangkat tembang cianjuran dari tenggelamnya peredaran lagu dan seni, sebagai orang sunda seharusnya mencintai seni dan lagu sunda" jelas Ajat, panggilan akrab Kabid Kajian Budaya.
"Cianjur ini jangan sampai terkenal berasnya saja, yang banyak dikonsumsi masyarakat banyak, ada seni tembang cianjuran pula yang harus dikonsumsi masyarakat, hal ini perlunya penerapan kecintaan seni budaya sunda semenjak usia dini, utamanya tugas para guru di Sekokah Dasar" pungkas Ajat.
(Zho)