-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Sektor 22 Sambut Pemulihan DAS Citarum di Kawasan Bandung Utara

60menit.com
Senin, 09 Desember 2019

60Menit.com - Kol. Inf. Asep Rahman Taufik (Dansektor 22 Citarum Harum) pada giat Gerakan Pemulihan DAS Citarum di Kawasan Bandung Utara (KBU), Cimenyan, Senin (9/12/2019)
60MENIT. COM, Cimenyan ☐ Satgas Sektor 22 Citarum Harum yang dikomandani oleh Kol. Inf. Asep Rahman Taufik, berbaur dengan Satgas Citarum Sektor lainnya memeriahkan gerakan Pemulihan DAS Citarum di Kawasan Bandung Utara (KBU) dalam penanaman pohon yang diprakarsai oleh Gubernur Jawa Barat dan Kementrian Lingkungan Hidup, Cimenyan, Senin (9/12/2019)

KBU Jawa Barat, sejatinya berfungsi sebagai resapan air bagi wilayah Bandung Raya namun tak henti digempur bangunan dan pertanian produktif, dengan bermunculannya bangunan baru dan kian maraknya para petani sayuran sehingga KBU kini menuai bencana bagi kawasan Bandung Raya, terkenal hingga saat ini KBU sebagai Lahan Kritis.

Gubernur Jawa Barat (Dr. M. Ridwan Kamil, S.T., MUD.) menggaet Kementrian Lingkungan Hidup dalam program Pemulihan DAS Citarum di Kawasan Bandung Utara, menanam 17.150 pohon di wilayah Caringin Tilu Cimenyan Kabupaten Bandung.

60Menit.com
Pada kesempatan itu Gubernur menyampaikan pada pidatonya, Caringin Tilu merupakan lahan kritis yang masuk Kawasan Bandung Utara (KBU). Gerakan Nasional ini akan menanam 25 juta pohon di lahan kritis seluruh Jabar yang akan dimasifkan pada Tahun 2020.

“Jadi, kalau tidak ada halangan awal tahun depan kita akan mencanangkan penanaman 25 juta pohon di seluruh lahan kritis di Jawa Barat dan (hari ini) kita mulai di KBU,” ujar Gubernur.

“Saya amati secara teori filosofi, manusia menganggap alam sebagai supporting system bukan partner. Jadi, alam boleh dirusak, boleh ditebang untuk eksistensi manusia. Itu pikiran keliru,” ungkapnya. “Harusnya alam itu partner yang harus ditanya dulu maunya apa, ditanya dulu inginnya seperti apa.” katanya pula.

Yuliarto Joko Putranto, Sekretaris Ditjen PDASHL yang mewakili Menteri LHK menjelaskan, penanganan wilayah lahan kritis harus dilakukan secara komprehensif dengan prinsip keterpaduan pekerjaan penanaman, sipil teknis, dan teknik pembibitan, serta mengaktifkan semua unsur elemen dan partisipasi masyarakat.

“Penanganan lahan kritis harus menghasilkan perubahan, membangun kesempatan kerja, dan mengatasi kemiskinan selain mengatasi permasalah lingkungan,” papar Yuliarto.

Yuliarto menyampaikan pesan Presiden, agar pemerintah daerah dapat mengembangkan pembibitan bersama masyarakat melalui Kebun Bibit Desa (KBD). Hal ini dilakukan dalam rangka pemulihan lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan.

60Menit.com
Ditempat yang sama, Kol. Inf. Asep Rahman Taufik, menyampaikan, "Wilayah KBU seluas 37.000 Ha, ada 1.450 Ha yang dimiliki Elite Masyarakat, ini memerlukan prioritas pendekatan yang selama ini kami lakukan, supaya bisa ditanam pohon keras ataupun pohon buah, sisanya adalah milik perhutani yang dikelola oleh perhutani itu sendiri, maka sudah jelas perhutani pun perlu persusaif dengan para patani yang menggarap tanah perhutani" jelas Dansektor.

"Perlu ada kecocokan dengan para pemilik tanah bila ditanam pohon keras, bahkan lebih cocok bagi mereka yaitu tanaman buah sesuai dengan keinginannya, dengan jarak tanam 40 s/d 50 meter, supaya tanaman pohon tersebut merakapun bisa memeliharanya" tutup Dansektor

Pohon yang ditanam di Caringin Tilu terdiri dari bibit pohon produktif sebanyak 6.000 pohon dan bibit pohon kayu-kayuan sebanyak 11.150 pohon. Gerakan ini didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Badan Nasional Penanggulangan dan Bencana, Perhutani, serta pemerintah kota dan kabupaten sekitar Bandung Raya.

Gerakan ini juga melibatkan berbagai kelompok tani dengan pola tanam agroforestri, serta para seniman dan budayawan, sebut saja Ferry Curtis dan mantan penyanyi cilik Tasya Kamila.

Untuk menguatkan gerakan ini, Gubernur segera mengeluarkan surat edaran agar masyarakat terlibat scara aktif menyumbang pohon. “Masyarakat nanti bisa menyumbang pohon dengan aturan-aturan yang akan kita siapkan, seperti yang mau menikah bisa menyumbang sepuluh pohon, yang cerai 100 pohon, yang lulus SD, SMP, SMA sepuluh pohon, dan lain-lain untuk partisipasi,” jelas Emil.

Selain surat edaran, Emil segera mengeluarkan peraturan gubernur yang akan mengatur izin penggunaan lahan di KBU secara keseluruhan. Dalam pergub akab ditegaskan setiap izin pembangunan wajib menyertakan rekomendasi gubernur. Dengan begitu, apabila ada penerbitan izin di kabupaten/kota tanpa rekomendasi gubernur otomatis izinnya akan batal demi hukum.

Pergub ini untuk mengurangi tafsir keliru yang selama ini ada di benak aparatur kabupaten/kota. “Dengan Kodam III/Siliwangi kami sudah siap mendeklarasikan bahwa KBU bagian dari DAS Citarum, sehingga penegakkan hukumnya nanti tidak hanya Satpol PP saja tapi juga melibatkan TNI, Polri, dan kejaksaan,” tambahnya.

E-Tanam
Pada kesempatan yang sama, Gubernur juga meluncurkan aplikasi e-Tanam, yakni aplikasi yang memungkinkan publik mengetahui progres penghijauan yang dilakukan di Jabar. Aplikasi ini akan memuat informasi pohon per lokasi mulai dari kabupaten, kecamatan, dan desa. Selain lokasi publik juga dapat mengetahui jenis pohon, jumlah pohon, tahun tanam, sampai swafoto kegiatan penanamannya. Masyarakat pun dapat terlibat dengan melaporkan sendiri pohon yang telah ditanam melalui aplikasi tersebut.

“Aplikasi ini untuk mengajak warga berpartisipasi dan mengetahui hasil tanamannya itu direkam di koordinat yang bisa dicek di e-Tanam tadi. Sehingga kalau ada 25.000 penanam, ada 25.000 titik yang sering kita monitor,” jelas Emil.

“Karena sering kali setelah ditanam kurang dipelihara, ada yang mencabut, dan sebagainya. Mudah-mudahan kecintaan ini dipelihara dan dilakukan digitalisasi datanya,” lanjutnya.

Salah satu warga Desa Cimenyan, Encep Nandang menyambut baik gerakan nasional ini. Menurutnya, gerakan tanam pohon secara serentak dapat mencegah bencana, seperti tanah longsor dan banjir di sekitar Kota Bandung.

Warga pun, akui Encep, akan berkomitmen untuk lebih terlibat dalam mengawasi area lahan yang sudah ditanami. Namun, Encep pun ingin agar bantuan pohon dari pemerintah diberikan secara langsung kepada warga, serta bibit pohon yang diberikan merupakan bibit pohon besar yang bisa menahan air.

Encep membeberkan, sebagian besar lahan khususnya yang ada di Blok Caringin Tilu, Desa Cimenyan adalah lahan milik pribadi tapi bukan dari warga sekitar.

“Kalau punya masyarakat pribadi (sekitar desa) bagus juga (kalau dihijaukan). Cuman kendalanya yang kepunyaan orang-orang kaya ini yang bukan orang sini,” bebernya.

(Zho)