-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Mitos - Raden Kalung Penjaga Citarum

60menit.com
Selasa, 13 Februari 2018

(Didongengkan kembali oleh Supardiyono Sobirin, digambar oleh Ayi Saca)
BANDUNG.60MENIT - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "mitos" /mitos/ adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Di beberapa wilayah, mitos bisa digunakan untuk pesan moral supaya masyarakat tetap bisa menjaga alam.

Mitos Raden Kalung ini beredar di daerah sekitar Kampung Mahmud dan Dara Ulin, yang secara administratif masuk dalam lingkungan RW 04 Desa Mekarahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung. Risanto (2009) menggambarkan situasi Kampung Mahmud merupakan kampung yang cukup unik karena berada dalam meander CiTarum. Dengan kondisi itu, otomatis warga kampung Mahmud seolah berada di tengah-tengah dan terpisah dengan daerah-daerah tetangga. Namun sejak beberapa tahun silam, sebuah jembatan besar dan permanen telah menembus kampung tersebut. Sarana jembatan inilah yang seolah memutus "keterasingan" warga Mahmud dengan dunia luar.

Rumah asli penduduk Kampung Mahmud berupa berdinding bilik dan tidak bertembok, serta berbentuk panggung. Selain merupakan aturan adat, warga di sana mulanya sangat menjunjung kesederhanaan dan tak saling menonjolkan diri. Selain itu, tentu saja dengan pertimbangan bahwa tanah yang mereka pijak sangat labil karena yang berasal dari rawa. Hanya saja, di sana-sini kini mulai terlihat rumah-rumah bertembok dan menggunakan kaca (Risanto, 2009).

Warga Kampung Mahmud memiliki nilai-nilai kepercayaan terhadap karuhunnya. Antara lain kepercayaan jika mereka adalah keturunan Eyang Dalem Abdul Manaf, keturunan Sultan Mataram. Ia pergi ke Mekkah pada abad ke-15, dan kembali dengan membawa segenggam tanah. Segenggam tanah itu lalu diletakkan di wilayah rawa yang angker di pinggir Sungai Citarum. Wilayah di mana tanah itu diletakkan kemudian berkembang menjadi Kampung Mahmud yang sekarang ini kita kenal, dan Eyang Dalem Abdul Manaf ini oleh warga setempat dipanggil Eyang Mahmud atau Eyang Haji. Kampung Mahmud juga dianggap sebagai wilayah "ajaib" karena tidak pernah tersentuh banjir, meskipun di lingkari Sungai Citarum yang sering meluap bila musim hujan tiba.

Dikisahkan juga oleh Risanto (2009), bahwa Eyang Haji ini memiliki seorang murid dari bangsa jin yang bernama Raden Kalung Bimanagara. Sosoknya terkadang menampakkan diri dengan wujud lelaki berwajah ganteng dan berbadan ular berwarna keemasan. Tugas Raden Kalung adalah untuk melindungi keturunan Eyang Haji yang tercebur ke dalam sungai Citarum. Menurut warga setempat, tidak ada orang yang berani melihat penampakannya. Dan juga tidak sembarang orang bisa mengundang kehadirannya.

Berbeda dengan Risanto (2009), didongengkan oleh Tata (2002) dalam artikel Suklak Siklukna Citarum dalam bulletin Warga Peduli Lingkungan, disebutkan bahwa Raden Kalung ini adalah jelmaan putra Kangjeung Dalem Gajah, yang sewaktu lahir sebagai bayi berwarna merah tetapi bentuknya merengkol seperti ular. Oleh sebab itu, oleh ayahnya dibuang ke sungai, sambil diberi nama sebagai Raden Kalung.

Selanjutnya Raden Kalung ini menjadi tokoh penjaga Citarum, yang selalu menolong mereka yang mendapat musibah di Citarum. Raden Kalung ini kadang-kadang memperlihatkan diri kepada orang-orang yang sedang menangkap ikan, berupa ular besar dan panjang. Raden Kalung akan marah besar bila ada seseorang membuang sampah dan kotoran ke Citarum. Bisa kualat, sakit, atau mendapat siksaan aneh. Semoga Raden Kalung segera muncul kembali menghukum mereka-mereka yang merusak lingkungan Citarum.

Sumber Bacaan:
Risanto, Eko. 2009. Kekhasan Kampung Mahmud. www.ekorisanto.blogspot.com. 22 Juli 2009. Diunduh 25 Desember 2009.
Tata, E. Anshori. 2002. Suklak Siklukna Citarum. Raden Kalung Nu Musti Sagara Citarum. Bulletin Warga Peduli Lingkungan. EdisiXV. Juni 2002.
(Zhovena)