-->

Header Menu

HARIAN 60 MENIT | BAROMETER JAWA BARAT
Cari Berita

60Menit.co.id

Advertisement


Penyebab Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

60menit.com
Jumat, 08 Mei 2015

ILUSTRASI - Sebuah Tanggapan
 



BANDUNG, 60MENIT.COM - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2015 mengalami perlambatan, dan hanya mampu bertahan mencatat angka 4,7 persen (year on year/YoY). Pertumbuhan ekonomi periode tersebut yang terendah sejak 2009.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Sugiyono, menjelaskan bahwa konsumsi masyarakat yang relatif rendah dibanding periode sebelumnya, menjadi salah satu sumber lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akibatnya, semua komponen pengeluaran rumah tangga melambat."Semua komponen pengeluaran rumah tangga melambat. Hanya pengeluaran untuk makanan dan minuman, serta perumahan yang tidak melambat," ucap dia di Kantor INDEF Jakarta, Jumat (8/5/2015).

Dia menjelaskan, turunnya konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan karena depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang pada akhirnya berimplikasi pada lonjakan harga barang kebutuhan pokok. Masyarakat pun terbebani dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik turun, dan di saat bersamaan tarif listrik dan gas Elpiji naik. "Hal ini dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi untuk menjustifikasi setiap kenaikan harga, karena itu kan komoditas yang pemerintah punya kendali mengatur harganya dan Pemerintah justru tidak melakukan itu, dan ini memicu peningkatan harga lainnya,"tuturnya belum lama ini.

Selain itu, dia menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi ini juga terjadi lantaran realisasi belanja pemerintah yang masih kecil atau hanya 2,52 persen dari pagu APBNP 2015. Padahal periode yang sama tahun lalu, realisasi belanja modal tembus di angka Rp12,34 triliun atau 6,69 persen dari pagu APBN 2014."Penyebabnya, lambannya persiapan administrasi kelembagaan sejumlah kementerian, seperti penggabungan kementerian, lelang jabatan, sehingga internal sendiri yang menghambat realisasi penyerapan anggaran. Hal itu membuat proyek pembangunan infrastruktur tertunda," Ujarnya.

Sedangkan dari sisi ekonomi sektoral, dia mengatakan hampir semua mengalami perlambatan, ditambah lebih parahnya perlambatan tersebut justru terjadi pada sektor tradable yang langsung memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh, ekspor, hingga cadangan devisa."Indeks tendensi bisnis juga turun, ini kan merefleksikan bagaimana persepsi pelaku usaha untuk berjalannya ekonomi ke depan. Kalau sampai persepsi ini negatif, artinya berbagai macam paket kebijakan dan insentif yang dilakukan pemerintah ini tidak punya dampak terhadap dunia usaha kita," jelasnya.

Kondisi ini diperparah dengan buruknya kinerja ekspor Indonesia. Meskipun neraca perdagangan pada kuartal I surplus, namun itu lebih disebabkan karena impor yang turun menjadi 15,1 persen dan bukan disebabkan oleh prestasi ekspor Indonesia."Penurunan ekspor implikasi dari lambatnya hilirisasi komoditas kita. Belum ada basis manufaktur yang bisa kita andalkan untuk tingkatkan ekspor," tuturnya....(zhove)